“Surga bernama Sawarna”

Berawal dari membaca suatu majalah yg memuat artikel mengenai Desa Sawarna, membuat saya tertarik utk mengetahui lebih lanjut mengenai tempat tsb.

Dari hasil “googling” mengenai Desa Sawarna ini, satu yg paling menakjubkan adalah bahwa Sawarna ini pernah masuk dalam tayangan “On the Spot” Trans7 sebagai salah satu dari 7 Surga Tersembunyi di Indonesia.

Image

Akhirnya saya dan teman2 pun merencanakan utk pergi liburan ke sana, Namun karena tak satu pun dari kami yg mengetahui dimana persisnya letak desa sawarna berada, kami seperti hendak berlibur ke tempat yg asing dan meraba2 wilayahnya, oleh karenanya kami rencanakan trip ini dgn tagline “in search of hidden paradise”.

Ditentukanlah tgl 15-16 Juni 2012 kemarin sebagai waktu utk search of hidden paradise ini. Kami berangkat dgn team berjumlah 17 org dgn 2 mobil minibus. Sesuai infonya bahwa utk ke sana bisa ditempuh dgn 2 jalur, yaitu Via Malingping dan Via Pelabuhan Ratu, maka utk lebih “adil” kami memutuskan utk pergi melalui jalur Malingping dan akan pulang melalui jalur Pelabuhan Ratu.

PERJALANAN PERGI

Keluar pintu tol Serang Timur, kami menyusuri jalan raya serang yg mengarah ke Malingping. Namun akibat buruknya kondisi jalan di daerah Malingping, jalur pergi yg harusnya mungkin bisa di tempuh dlm waktu 4-5 jam saja, harus kami lalui selama -+ 6,5 jam.

Akhirnya tibalah kami di pertigaan Bayah, dimana satu jalur menuju Pelabuhan Ratu dan satu lagi menuju Desa Sawarna, kami pun masuk melalui jalur arah Desa Sawarna. Karena kondisi malam hari, kami cuma bisa melihat bahwa di kanan kiri kami cuma hutan belantara dgn pohon2 yg menjulang tinggi, dgn kondisi jalan yg berkelok naik turun dan di perparah dgn kondisi sebagian jalannya yg rusak, walaupun sepertinya sedang dalam tahap perbaikan karena banyak terdapat plang2 dari Dep PU soal perbaikan jalan. Setelah di tempa dgn sedikit “kengerian” krn kondisi jalan yg gelap dan agak rusak, tibalah kami di desa sawarna.

DESA SAWARNA

Setibanya disana, kami disambut Pak Andri, pemilik Andrew Batara Homestay. Sebelumnya, saya sudah berkali2 kontak dgnnya melalui no tlp dia yg saya peroleh dari hasil googling. Berhubung hari itu di tempatnya penuh, Pak Andri pun “memasukkan” kami ke homestay milik kakaknya, Pak Asep yg bernama Millang Homestay.

Setelah memarkirkan kendaraan kami, kami pun masuk ke Desa “wisata” Sawarna. Di sambut dgn Jembatan Gantung yg menghubungkan Sawarna dgn jalan raya, dimulailah petualangan kami dalam mencari surga yg tersembunyi di Sawarna. Di sepanjang jalan desa sawarna menuju homestay, kami temukan bahwa tempat ini memang masih amat “suci” dari tangan2 komersialisme swasta. Di tempat ini belum ada hotel yg membuat warga sekitar akhirnya memutuskan utk menjadikan / memodifikasi rumahnya sebagai tempat penginapan (homestay) wisatawan. Sesampainya di Millang homestay dan mandi, kami pun di sambut dgn makan malam Ikan bakar dgn sambal yg sedap khas Sawarna.

Selesai makan malam kami pun ngobrol2 di penginapan sambil sebagian lagi beristirahat utk acara “pencarian” esok hari. Suasana malam di penginapan di hiasi dgn taburan ribuan bintang di langit dan suara2 katak yg bersahutan. Suasana homestay-nya meskipun dibuat dengan sederhana, tapi sangat nyaman dengan fasilitas yg cukup memadai.

PAGI DI SAWARNA

Akhirnya, pagi pun tiba. Di mulailah misi kami menjelajahi tempat yg banyak disebut sebagai “the hidden paradise” ini. Saat fajar tiba, pemandangan langit cukup menyejukan mata dgn semburat langit yg menciptakan pesona di mata. Berjalanlah kami menyusuri persawahan dan ladang jagung & singkong yang juga di penuhi oleh pohon kelapa yg menjulang tinggi, tempat pertama yg kami tuju adalah pantai terdekat dari homestay, “Pantai Ciantir”.

Pantai ini cukup luas dengan hamparan pasir pantai yang luas dan deburan ombak2 besar khas pantai selatan, cukup mengenyangkan untuk “sarapan pagi” kami. Setelah puas bermain2 di Ciantir, kami pun melanjutkan perjalanan ke arah “Tanjung Layar”. Kami pun berjalan menyusuri pantai ciantir menuju ke selatan. Perjalanan menyusuri pantai cukup indah karena dimanjakan dengan pemandangan ombak2 besar  dan batu2 karang yg banyak terdapat di bibir pantai.

Akhirnya tibalah kami di Tanjung Layar. Sebuah tempat dgn 2 batu karang yg tinggi menjulang dan salah satunya berbentuk seperti layar. Bagusnya di depan Tanjung Layar ini ada beberapa warung yg bisa dijadikan untuk tempat beristirahat sekaligus melepas lelah & haus dahaga. Setelah puas berfoto2 ria dan menikmati pemandangan disana, kami memutuskan untuk balik ke homestay dulu untuk sarapan pagi. Setelah sarapan & mandi, baru kami akan melanjutkan perjalanan menuju Legon Pari, pantai pasir putih yg merupakan “the real hidden paradise” di tempat ini. hal tsb dikarenakan selain jarak tempuh yg mencapai 2-3 km dari desa, tempat tsb hanya bisa di lalui melalui 2 rute. bisa dgn berjalan kaki naik turun menyusuri perbukitan dan rute lainnya adalah dengan menyusuri pinggiran pantai dari arah Tanjung Layar ke arah timur.

THE REAL HIDDEN PARADISE

Setelah sarapan pagi, mandi dan beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan menuju “Legon Pari”, the best spot on this place. kami ber 17 orang berjalan menyusuri pinggiran pantai yang di penuhi batuan2 dan karang2 yg eksotik. Pinggiran pantai tersebut cukup terlindungi oleh deretan karang2 besar yang menjadi semacam pemecah ombak sebelum ombak menuju ke pinggiran pantai. Yang lebih mengagumkan lagi, di beberapa bagian di pinggiran pantai tersebut seperti terdapat jalanan berbeton yang terbuat alami dari batuan2 yang mungkin mengalami erosi dari air laut, sehingga memudahkan kami untuk berjalan di bibir pantai.

8e8d6-img00722-20120616-1121

9e5a0-img00707-20120616-1057

Setelah melalui perjalanan yg cukup melelahkan karena terik matahari yg cukup menyengat dan berjalan pelan melewati bebatuan karang dan melewati beberapa tikungan lekukan pantai, tibalah kami di Karang Beureum (Karang Merah), salah satu ikon di daerah pantai Legon Pari. diberi nama karang merah, karena di atas salah satu deretan karangnya terdapat sebuah batu karang berwarna merah yang terlihat cukup jelas meskipun dari jarak jauh. kami pun beristirahat di sebuah warung persis di depan Karang Beureum tsb.

84f5c-img00738-20120616-1153

d4e82-img00739-20120616-1153

Dari pemilik warung dan Bpk Herdi, seorang warga yg ada disana,  kami banyak memperoleh informasi mengenai tempat2 dan sejarah Desa Sawarna. Salah satu informasi yg menarik adalah, sebagian besar warga sawarna sendiri, hingga saat ini belum tahu kalau saat ini sawarna sedang banyak mendapat sorotan dan rekomendasi positif di banyak media massa. Setelah beristirahat di Karang Beureum, kami pun menghabiskan waktu di Legon Pari, bermain di hamparan pasir putih yg masih perawan dan mandi di laut yang ombaknya jauh lebih tenang dari di Ciantir. Bisa dibilang, Legon Pari adalah the real hidden paradise dari Desa sawarna, karena lokasinya yang memang agak tersembunyi dan hamparan pantainya yang masih perawan dan amat sangat memanjakan mata.

84479-dscf7683

d7719-dscf7689

Setelah puas bermain di “surga”, kami pun memutuskan untuk pulang ke homestay. Rute kali ini kami pilih melewati perbukitan. Rute ini kami tempuh dgn naik turun 2 bukit yang di pisahkan kali yg harus kami seberangi dgn jembatan gantung yang cukup menguji nyali karena keliatannya lebih ringkih ketimbang jembatan gantung yg di gerbang desa sawarna saat pertama kali kami tiba. Sebagian perbukitan tersebut di tanami tanaman2 kelapa, singkong & jagung. Kami juga melintasi beberapa rumah penduduk yg masih hidup dgn bercocok tanam atau pun memelihara hewan ternak seperti kerbau dan kambing. Sungguh cukup melelahkan namun juga menyenangkan karena pemandangannya yang indah. Setelah sampai di homestay dan makan siang, kami istirahat sejenak sekaligus siap2 utk pulang ke Jakarta.

PERJALANAN PULANG

Perjalanan pulang kali ini kami memilih pulang melalui jalur Pelabuhan Ratu. Lewat jalur ini kondisi jalannya cenderung lebih baik meskipun lebih curam di beberapa tanjakannya. Kami pun sempat melintasi suatu bukit dimana Pelabuhan Ratu terlihat begitu indah dari atas perbukitan. Dari pelabuhan ratu, kami menuju arah Sukabumi lanjut Ciawi dan terus masuk Tol Jagorawi menuju Jakarta.

Setibanya di Jakarta, meskipun lelah tapi semua merasakan kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan karena telah bisa menikmati “surga tersembunyi” bernama Sawarna. Suatu tempat yg menurut seorang peneliti yg kami temui di Sawarna, mungkin akan berubah dalam 3-5 tahun ke depan, ketika komersialisme dan pihak2 swasta sudah masuk kesana.

Sawarna, terima kasih untuk “surga kecil” yang eksotis dan keramahan wargamu..

Leave a comment